Lumongga Anandita

Diary digital bundaku mengenai aku….

Mudik Jogja 2011 #6 : Perjalanan Pulang Paris-Bekasi (Tamat)

Posted by BunDit on September 30, 2011

3 September 2011

Karena Bunda masuk kantor tanggal 6 September 2011, Bunda tidak mau mepet waktu saat memutuskan tanggal kembali ke Bekasi dari Parangtritis. Maka Bunda putuskan tanggal 3 September sore berangkat dari Jogja, sehingga masih punya waktu istirahat sebelum mulai beraktifitas lagi di kantor.

Sebenarnya tgl 3 September pagi ada reuni SMA, tapi sorenya mau pulang, takut buru2 dan lagian tidak ada yang nganter nih. Lagi2 kalau dalam situasi seperti ini gemes banget, ada mobil tapi gak berani nyetir :-(. Akhirnya hari itu Bunda putusin di rumah saja bantu ibu di rumah makan karena tamu yang makan mengaliiir terus kayak air. Dik Tantri sekeluarga jam 8 pagi sudah cabut dari rumah Paris untuk pulang ke Bandung dengan mampir dulu ke rumah mertuanya di Wates, Kulonprogo.

Tapi pagi-pagi Bunda masih sempat main ke pantai dulu sama Dita. Sehari sebelumnya Bunda membelikan baju bertulis Parangtritis untuk Dita, jadi hari itu dipakai. Pantai Parangtritis di pagi hari sudah ramai saja. Memang kalau ke pantai enaknya pagi atau sore. Kalau siang…gak tahan dengan panasnya. Habis dari pantai Dita pengin berenang di kolam renang air tawar di dekat pantai. Karena Bunda gak mau nyemplung dan agak ngeri kalau gak ditemenin, akhirnya Bunda bujuk Dita renangnya nanti saja di Jakarta. Akhirnya Dita mau dan hanya minta main pancuran buat ngebilas sehabis dari pantai. Halaaah diik….kalau mau bilas mah di rumah yangti aja yang gratis hahaha 😀

Sehabis dari pantai Bunda berkutat deh sama ibu dan 2 asisten untuk melayani tamu yang makan. Alhamdulillah walau capek, lumayan juga rejeki ibu hari itu. Masakan ibu enak sih jadi banyak yang suka. Malah ada tamu dari Jakarta yang memuji sambal buatan ibu yang mantap 😀

Karena janji sama dik Heru, driver yang akan mengantar kami pulang ke Bekasi untuk berangkat jam 4 sore, maka habis ashar Bunda sudah siap-siap. Beberapa barang dan baju sudah Bunda packing semalam dan dimasukin ke bagasi mobil jadi tidak begitu ribet lah. Akhirnya baru jam 5 sore, semua siap. Karena Bunda harus menemani Dita di kursi belakang supaya lebih leluasa, maka di kursi depan di samping dik Heru ditaruh koper besar. Biar mobil kecil kami seimbang lah hehehe. Bismillahirrahmanirrahiiim, akhirnya Bunda dan Dita pamit sama YangTi, YangKung, Yu Nah dan Yu Wat. Serasa singkat sekali mudik kali ini…hiks 😦

Untuk perjalanan pulang ke Bekasi ini kami memutuskan tetap lewat jalur selatan. Apalagi startnya di Parangtritis, daerah paling selatan Jogja, jadi ya lewat selatan aja lebih dekat. Karena dik Heru sudah sangat berpengalaman dengan jalan-jalan lintas kota, maka untuk menghindari macet kami lewat jalur alternative yaitu Jalan Daendels. Bunda yang asli Jogja aja malah baru tahu jalan ini. Memalukan! :mrgreen:

Yang Bunda baca, Herman Willem Daendels (1809), seorang Gubernur jendral keturunan Perancis pada masa kolonial Belanda di Indonesia, andilnya cukup besar pada pembangunan jalan di Indonesia, khususnya di Jawa. Selain karya besarnya yang sangat tersohor yaitu jalur Anyer-Panarukan yang dibangun dengan cucuran keringat serta darah anak bangsa waktu itu, Daendels juga membangun Jalur Pantai Selatan Jawa Tengah. Jalur ini yang terkenal dengan nama jalur Daendels yang menghubungkan wilayah Yogyakarta dan Cilacap sepanjang 117 km melalui Mirit, Ambal dan pantai Ayah. Jalur inilah yang sering dipakai pemudik sebagai jalan alternatif.

Dan Alhamdulillah, pilihan kami lewat jalur alternatif sangat tepat karena Oom Tito menginformasikan kalau mereka kena macet parah di Kebumen. Mobil kami sendiri lancar jaya melewati jalan alternatif sepanjang pantai selatan. Jalan Daendels ini tidak semuanya mulus sih, beberapa ada yang rusak dan yang jelas sepi. Kata dik Heru kalau gak pas lebaran, ngeri juga lewat jalan ini. Tapi karena lebaran, kami beriringan dengan banyak mobil yang sebagian besar berplat B. Satu lagi, selepas dari rumah Paris tadi kami sudah mengisi BBM full tank, jadi aman lah karena di sepanjang jalur alternatif ini minim SPBU.

Dita sendiri karena siangnya gak tidur, jam 6 sore sudah terlelap. Sekitar jam setengah 8 malam sengaja Bunda bangunin untuk makan. Untungnya YangTi membekali nasi plus udang goreng tepung dan telur ceplok jadinya Dita bisa makan di mobil. Karena dik heru memilih terus menyetir dan gak makan malam (katanya kalau makan takut ngantuk karena kekenyangan), jadinya Bunda ikut makan bekal dari rumah itu.

Baru sekitar tengah malam sampai di sekitar Wangon/Cilacap kami berhenti untuk sholat dan istirahat sejenak, habis itu lanjut perjalanan lagi. Bunda salut banget dengan dik Heru ini, kuat banget nyetir tanpa henti. Mungkin masih muda juga (baru 23 tahun) dan memang jam terbang nyetirnya sudah banyak (pernah nyetir dari Palembang sampai Surabaya!), jadi memang gak perlu diragukan lagi 🙂

4 September 2011

Jalan yang kami tempuh dari Bantul – Congot – Mirit – Ambal – Patanahan – Cilacap – Sidareja – Banjar – Ciamis …lancar jaya. Baru saat mendekati subuh dan kami mau memasuki Tasikmalaya, jalanan macetttt…kendaraan tak bergerak. Akhirnya dik Heru putar balik dan kami berencana lewat Garut. Ternyata ke arah Garut Kota nya macet juga, tapi sepertinya tidak separah Tasikmalaya. Akhirnya pas subuh kami menepikan mobil ke mesjid pinggir jalan untuk sholat subuh dan dik Heru istirahat di mobil. Pagi-pagi lumayan lapar juga, akhirnya Bunda beli tahu sumedang buat nyemil-nyemil. Dita sendiri makan kue-kue dan minum susu UHT. Habis itu mobil lanjut merayapi jalan raya Garut dengan pelan-pelan. Eh di tengah-tengah jalan, Dita minta pup. Waduuh..padahal lagi macet banget dan kanan kiri gak ada masjid/rumah makan. Akhirnya Bunda pake-in diaper dulu, eh pupnya gak keluar. Akhirnya ketemu masjid, dan Dita nebeng buat pup, eh tetep gak keluar, ya sudah…perjalanan lanjut.

Tepat jam 11 siang, akhirnya kami berhasil memasuki tol Cileunyi!. Huaaah…legaaa. Sampai Bunda foto gerbang tollnya hehehe :D. Karena sudah mendekati makan siang dan dik Heru belum makan dari kemarin sore, akhirnya kami mampir ke Rest Area KM 97. Kami sholat dan makan di Brooaster chicken karena Dita pengin makan ayam goreng. Dita mah sudah langsung akrab dengan Oom Heru. Sebagai kenang-kenangan Bunda foto mereka berdua 😀

Setelah selesai langsung melanjutkan perjalanan. Sempat melihat crew televisi yang masih ngerubungin TKP kecelakaan mobilnya Saipul Jamil yang menewaskan istrinya itu karena kejadiannya baru selang sehari. Tol Cipularang lancar jaya. Sempat mampir ke Pool Bus Sumber Alam buat beli tiket Jakarta-Jogja untuk dik Heru. Alhamdulillah, sekitar jam 3 sore, kami sampai di rumah dengan selamat. Dik Heru istirahat sebentar dan sekitar jam 5 sore Ayahnya Dita mengantar dik Heru ke pool bus, karena hari itu juga jam 6 sore, dik Heru memutuskan langsung balik ke Jogja. Terima kasih ya dik Heru, telah bersedia menjadi driver kami selama mudik 🙂

Alhamdulillah….the end…..tamat….selesai…..kacu diuntel-untel…cunthel…. . 🙂

9 Responses to “Mudik Jogja 2011 #6 : Perjalanan Pulang Paris-Bekasi (Tamat)”

  1. hehehe…selesai..kacu di untel-untel..cuthe…artinya TAMAT Yah bun..jumpa lagi insyallah tahun depan dicerita mudik bunda dita …hehehe kok saya yang nambahin nieh bun..semoga bisa secepatnya mewujudkan impian yang mudik lewat darat ke Padang Sidempuan yah bun..salah padang sidempuan enak yah bun ternyata, pernah dibawain kawan yang berasal dari daerah sana..:)
    Hmm indahnya kebersamaan bersama keluarga besar yah bun…semoga kita semua diberi keselamatan, kesehatan dan umur panjang dan bisa bertemu dengan Ramadhan tahun depan dengan segala ceritanya 🙂

  2. eh bun maksud saya SALAK..bukan salah hehehe salah tulisan maaf bun..
    peace ya bun..:)

  3. Alhamdulillah yaaahh,,,,
    laporan perjalanan mudik yang lengkap dan tentunya penuh warna.. 😀

  4. hilsya said

    Bundit.. bikin postingan ini dengan penuh perjuangan.. biar udah cukup lama tapi salut masih bisa inget semua.. kalo aku ga langsung ditulis, bisa-bisa amnesia 🙂

  5. Akhirnya tamat juga ya, Bun. Untung BunDit gak kena macet kayak Mbaknya Athia kemarin ya.

  6. Nyetir dari Palembang – Surabaya?? Wekkkksss…saluuutt!! Si dik Heru ini kuat banget nyetirnya yah, hebat!

    Perjalanan pulang yang menyenangkan walo masih terasa sedihnya karena pisah lagi sama keluarga besar ya bund, tapi gak apa, tahun-tahun berikutnya bakal ada cerita mudik lagi kok di sini 😉

  7. vera said

    waahhh seruuuu banget perjalanan mudiknya dita ya. bunda juga pasti puas, cicipin makanan2 favorit ya. kalo azka selama di jogja sempet ke parangtritis juga.

    oya bu, linkku pindah alamat jd http://www.verazka.com

  8. Elsa said

    hihihihi, tuh bagian belakang mobil penuh banget ya… termasuk bonekanya Dita!
    hehehehe…..

    mudik, meskipun berat dan macet, tetap menyenangkan ya Mbak

  9. […] Setelah pamit Bapak-Ibu dan Yu Nah, mobil kamipun meluncur meninggalkan Parangtritis. Pak Bandi dapat info dari temannya, Nagrek macet parah, makanya kami memutuskan lewat Pantura. Bunda sih OK saja. Ya hitung-hitung nambah pengalaman pulang lewat Pantura. Karena 2x kali lebaran sebelumnya kami pulang lewat jalur selatan, yaitu tahun 2010 saat ikut mobil dik Tito dan 2011 saat disopirin dik Heru. […]

Leave a comment