Lumongga Anandita

Diary digital bundaku mengenai aku….

Senyum Dara

Posted by BunDit on March 29, 2011

Cerita fiksi ini adalah bagian #3 atau terakhir dari cerita bersambung yang kami ikutkan dalam kontes Pagelaran Kecubung 3 Warna yang diprakarsai oleh PakDhe Cholik.

Bagian #1 : Obat Duka Dara (ODD) oleh mbak Susi

Bagian #2 : Duka Dara oleh mbak Lidya


****

Dara meminta maaf kepada mama papanya. Terlalu banyak kesalahan yang telah diperbuatnya kepada orangtuanya itu. Dengan berbesar hati pula, Dara meminta maaf kepada mbok Surti dan Tina. Karena perbuatannya mereka menjadi korban tuduhan mama.

Dara memang telah berjanji untuk berhenti menenggak ODD. Tapi ternyata ketergantungan dirinya akan obat laknat itu sangatlah parah. Papa mamanya akhirnya memutuskan akan mengirim Dara ke panti rehabilitasi pecandu narkotika. Sebagai orangtua, papa mama Dara tidak tega untuk melakukannya, tapi demi kesembuhan putri semata wayangnya,  mereka harus ikhlas. Dara sendiri pasrah.

***

Beberapa hari kemudian, dengan di antar oleh mama papanya, Dara tiba di Panti Rehabilitasi Yayasan An-Nur. Saat melewati selasar, Dara melihat seorang penghuni yang berteriak menahan kesakitan yang luar biasa. Kelihatannya orang itu sedang berjuang melawan ketergantungannya pada obat terlarang yang mungkin sudah sering dikonsumsinya. ”Astaghfirullah, sengeri itukah kala aku sakaw?” Dara bergidik.

Mereka bertiga terus berjalan menuju ruangan piimpinan yayasan. Di sana mereka disambut hangat seorang ibu separo baya berperawakan sedang yang wajah ramahnya dibalut jilbab.

”Selamat siang Bu Nur…” sapa mama dan papa hampir bersamaam.

’Selamat siang juga Bapak dan Ibu Wibawa. Ini pasti Dara ya”. Tangan Bu Nur segera menggenggam erat tangan Dara. Dara tersenyum sambil menyahut ”Benar Bu”.

”Silakan duduk…” suruh bu Nur.

Setelah berbasa-basi sejenak, Papa Dara menutup pembicaraan.

”Jadi kami menitipkan putri kami di sini ya Bu Nur. Semoga Dara bisa pulih seperti sedia kala”

Sambil tersenyum hangat Bu Nur mengangguk ”Tentu saja Pak. Itu tanggung jawab kami disini. Insya Allah kami bisa mengemban amanah Bapak dan Ibu”

****

Sejak hari itu, Dara resmi menjadi penghuni Panti Rehabilitasi An-Nur. Dara memahami benar kata-kata Ayahnya semalam. Bahwa dia dikirim ke tempat ini bukan untuk diasingkan, tetapi demi kesembuhannya. Dara berjanji dalam hati, dia harus bisa menunjukkan bahwa kini dia benar-benar bertobat dan tidak akan pernah lagi menyentuh obat yang menawarkan kenikmatan semu itu.

Awalnya Dara merasakan hari-harinya terasa sepi di panti. Dara merasa kebebasannya terenggut. Kini  ruang geraknya terbatasi dengan aturan-aturan. Ah, ternyata jalan sesat yang telah aku lalui dulu memberi hukuman yang setimpal untukku, batinnya. Tapi Dara tak mau patah semangat. Dia benar-benar ingin berubah. Dia ingin hidupnya kembali seperti dulu lagi. Hidup yang benar-benar memiliki kesenangan dan kenikmatan nyata. Bukan kehidupan yang harus bergantung pada ODD yang menawarkan keindahan palsu.

Hari-hari Dara selanjutnya mulai membaik. Dara sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan. Waktunya banyak diiisi dengan kegiatan seni, olahraga dan secara rutin mendapat siraman rohani yang diikutinya. Hidupnya mulai tenang. Metabolisme tubuhnya yang selalu meminta asupan ODD, mulai bisa dikontrolnya.

Di panti itu Dara berkenalan dengan Dewi yang memiliki pengalaman serupa. Dewi adalah gadis periang yang menjadi teman curhatnya.

”Dara, aku perhatikan selama ini kamu hanya dikunjungi oleh orang tua dan saudara-saudaramu. Tidak kah ada teman spesial yang kau tunggu kehadirannya?” tanya Dewi kepada Dara di suatu hari saat mereka duduk-duduk santai di taman kecil yang berada di depan panti.

”Ah…aku kini tidak memiliki pacar. Pacarku dulu pernah mengkhianatiku. Kemudian ada cowok lain yang menawarkan cintanya sekaligus menyodorkan dunia hitam bernama Napza. Maaf, saat ini aku tidak percaya lagi dengan cinta…” sungut Dara.

Dewi memeluk sahabatnya itu sambil tersenyum. ”Jangan begitu Dara. Tidak semua cowok seperti itu. Dulu akupun berpikiran seperti itu, tapi ternyata masih ada cinta tulus untuk kita. Percayalah”.

Dara membalas senyuman Dewi ’Semoga ya Wi….”

***

Hari ini hari Jum’at. Wajah Dara selalu terlihat lebih cerah setiap menjelang Jum’at sore. Dara tak sabar menunggu sesi Community Therapy. Community Therapy adalah metode yang digunakan oleh Panti Rehabilitasi kepada pasien ketergantungan napza untuk bisa bekerjasama dan saling menguatkan untuk tidak lagi menggunakan obat terlarang. Panti berharap dengan sesi ini semangat pasien untuk sembuh selalu terjaga.

Tapi bukan semata tujuan itu yang membuat Dara selalu menantikan sesi itu. Tapi karena sesi itu selalu dipandu oleh seorang psikholog muda bernama Hans. Sosok Hans ternyata mampu meluluhkan  lantakkan kebekuan hatinya selama ini. Dara merasa senang saat menatap lekat Hans. Jantungnya berdesir nyaman saat berbicara dengan Hans. Ah, apakah aku jatuh cinta?, dengus Dara dalam hati.

Seperti sebelum-sebelumnya, sesi Community Therapy berjalan dengan hangat dan ceria. Semua yang mengikuti selalu bersemangat saat Hans memandunya. Hans begitu sabar mendengar setiap keluh kesah dan curahan hati pasien. Memberikan saran-saran yang menyejukkan untuk bisa bangkit dari keterpurukan akibat obat terlarang. Hans memang selalu menjadi idola para pasiennya, terutama pasien wanita lajang.

Dan setiap kali menyelesaikan sesi tersebut, Dara selalu terlihat melamun. Kenapa Hans begitu baik kepada dirinya?. Minggu lalu Hans membawakan roti donat kesukaannya, apa maksudnya? Apakah Hans tertarik kepadaku? Apakah Hans sudah punya pacar? Begitu banyak pertanyaan yang bergelayut di benaknya.

***

Setiap weekend, papa mama Dara menjenguk Dara ke panti. Mereka sangat bahagia melihat putrinya dari hari ke hari terlihat makin segar dan bersemangat. Berdasarkan laporan dari pengurus panti, Dara sudah mulai bisa mengontrol dirinya dari ketergantungan napza yang menggerogoti jiwa raganya. Bahagia sekali papa mamanya mendengar kemajuan yang telah di raih oleh Dara. Mereka berjanji untuk terus memberi perhatian kepada Dara, agar Dara tidak lagi terjerumus ke lubang yang sama.

Suatu hari, saat Dara bercengkrama dengan kedua orang tuanya, tiba-tiba datanglah Hans menghampiri mereka. Dara kaget luar biasa dibuatnya. Hans sendiri kelihatan santai. Dara buru-buru memperkenalkan Hans kepada mama papanya.

”Terima kasih ya nak Hans, sudah membantu Dara selama ini”, ujar mama.

”Sama-sama bu, itu sudah menjadi tugas saya kok”, jawab Hans sambil tersenyum.

Kemudian Hans mengarahkan pandangannya ke arah papa Dara.

”Pak, maaf saya lancang. Bolehkah saya minta sesuatu ke Bapak?”

”Oh….silakan nak Hans, silakan kalau ada yang bisa Bapak bantu” Papa menjawab dengan penuh penasaran.

”Saya mendapat informasi dari pengurus Panti, tidak lama lagi Dara bisa keluar dari sini. Nanti setelah Dara keluar panti, bolehkah saya kapan-kapan bertandang ke rumah Bapak untuk bersilaturahmi”. Hans cukup santun dan percaya diri saat mengucapkan itu. Jantung Dara berdegup tak karu-karuan.

Papa dan mama saling berpandangan sambil tersenyum. Seolah mengetahui maksud dibalik ucapan Hans. Kemudian mereka menatap Dara yang pipinya mendadak menjadi semburat kemerahan.

”Oh..silakan nak Hans. Dengan senang hati kami menunggu kedatangan nak Hans ke rumah. Gimana Dara, kamu tidak keberatan kan?” Papa mencoba menggoda.

’Ah…papa…” Dara tersenyum malu-malu ke Papanya.

”Dara, mama dan Papa sangat senang. Sudah lama mama dan papa tidak melihat kamu tersenyum sebahagia ini” Mama memeluk putrimya erat-erat.

”Iya ma. Dara berjanji akan selalu membahagiakan mama dan papa” Dan senyum Dara semakin mengembang. Diiringi senyum papa, mama dan Hans.

************************************************TAMAT*************************************************

Doakan kami, Group RILIS (Ririn, Lidya dan Susi) ya….. 🙂

28 Responses to “Senyum Dara”

  1. lidya said

    penasaran lgs kesini nih: ) nanti aku baca ulang bun. ramai sekali disini

    Sip mam 🙂

  2. Susi said

    Ending yang luar biasa!
    Aku suka setting & plot ceritanya.
    Bener ga mbak Lia? Cheers untuk kita bertiga.

    Cheers mbak Susi dan Mbak Lidya 😀

  3. akhir yang indah dengan kisah percintaan pula…:)sukses bunda…

    Kisah cinta adalah kisah yang universal mam. Makasih ya mam 🙂

  4. keren .. good luck ya bun 😉

    Makasih bun 🙂

  5. Orin said

    Cheers untuk grup RILIS 😉

    Makasih mbak Orin 🙂

  6. happy ending……smoga sukses di kontesnya pakdhe….

    Makasih mam 🙂

  7. Endingnya mantaaff. Sukses yah BunDit dengan RILISnya. Gudlak 🙂

    Btw mo nanya Bun kalo Dita makan nasi sehari posrinya seberapa banyak yah?? Makasih infonya Bu. Lahamdulillah Zahia sejak sebulan ini dah mo makan nasi lagi (dulu kan ogah, maunya bubur ajah). Tapi porsinya sehari sedikit banget Bun, palking 3-4 sendok makan. Ampe kuatir gw.

    Hmm..kalau sama tetehnya Dita bisa makan banyak bun. Bisa secentong penuh. Tapi kalau sama saya makannya rada susah, paling 6-10 sendok gitu, gak banyak. Gak papa pun, mungkin lagi adaptasi, dibanyakin ngemil aja. Dita juga kalau makannya lagi sedikit, saya kasih buah, puding, roti gitu 🙂

  8. bekti said

    Waw, bundit… gaya bahasanya kayak penulis cerpen di majalah Aneka 😀
    Kok tahu ada community therapy segala, jeng? benar-benar nih tulisan settingnya hidup.
    Good luck ya, semoga menang..

    Hehehe hanya mempergunakan kesaktian internet dengan sebaik2 nya mam 😀

  9. 🙂 wah akhirnya release me-launching juga ceritanya, tadi pagi jam 4 an pas BW ketempat mbak lidya dah baca yang jilid 2, terus link langsung belom ada diuplod ditempat bundit…sekarang ada endingnya ditempat Bundit..wah selamat selamat semoga sukses dengan kecubung tiga warna “RILIS”-nya

    Hehehe ikut berpartisipasi aja mam 🙂

  10. Terima kasih atas partisipasi sahabat
    3 artikel telah saya baca dengan tuntas.
    Grup anda akan segera di daftar sebagai peserta
    Silahkan cek di page Daftar Peserta Kecubung 3 Warna
    newblogcamp.com
    Salam hangat dari Markas BlogCamp Group – Surabaya

    Makasih pakdhe 🙂

  11. wah dah di publish nih ke 3 cerbungnya, seru bun ceritanya. Sampe merinding aku bacanya, membayangkan nyerinya saat sakaw. Mudah2an Allah melindungi anak cucu kita dari barang haram itu ya bun…

    Iya bun, semoga anak2 generasi mendatang tidak terjerumus ke obat2 an terlarang itu 🙂

  12. lidya said

    akhirnya bisa baca ceritanya nih. ganteng mana ya hans dgn dokter budi? 🙂

    Tanya ke Dara dulu kali mam 😀

  13. silvi said

    kereeeeeennnn…..hebaatt banget bundit ama lidya yaaa…..aku juga mau doong belajar jadi penulis….ajarin yaa… 😀

    Ah, saya mah masih penulis amatiran mam. Masih harus banyak belajar juga 🙂

  14. Huwaaa…!! Setelah pengen nangis baca kisahnya di rumah mbak Lidya, di sini saya bisa tersenyum membaca endingnya 🙂

    Selamat ya Bundit, semoga sukses 🙂

    Soalnya bulan ini menjadi bulan penuh kebahagiaan, jadi ceritanya dibuat happy ending deh biar gak merusak suasana 😀

  15. Akhirnya Dara menemukan jalan terbaiknya, menuju hidup lebih baik. peran orang tua sangat besar bagi pertumbuhan anak-anaknya, moga kita selalu bisa menjadi sahabat sekaligus kepercayaan anak2 kita agar mereka dapat selalu melangkah dijalan yang benar… 🙂
    hepi ending…

    walaupun agak terlambat, Juri Kecub datang,, untuk mengecup karya para peserta,, mencatat di buku besar,, semoga dapat mengambil hikmah setiap karya dan menyebarkannya pada semua

    sukses peserta kecubung 3 warna.. 🙂

    Makasih mbak Iyha telah berkunjung dan menilai 🙂

  16. mauna said

    semoga sukses ya mbak….

    Makasih mbak Mauna 🙂

  17. hilsya said

    wah.. happy ending
    so sweet 🙂

    Makasih telah berkunjung ke sini mbak Hilsya 🙂

  18. Enno-Mama Fira said

    Ijin nge link blognya ya bund…. lagi belajar nge blog niey :p

    Silakan mam 🙂

  19. motik said

    waaaa lagi heboh banget nih kontes kecubung…
    buat trio RILIS semoga menang ya 🙂

    Amin. Thanks mam 🙂

  20. Juri kecub 2 said

    akhirnya dara menemukan jalan yang baik untuk masa depannya. Hans, sebuah awal persahabatan yang ditawarkan. Benar-benar penyelesaian yang terakhir
    Cerita sudah dicatat dalam buku besar juri, terima kasih

    Makasih mas telah datang dan menilai 🙂

  21. Aku baru satu per satu dulu di group RiLiS dulu sebelum akhirnya menamatkan baca ceritanya di bagian BunDit.
    Kalian hebat! Punya bakat menulis novel sepertinya.
    Aku bangga punya teman berbakat seperti kalian *berpelukaaan dengan Mbak Lidya juga*
    Semoga menang ya. Ini pake penjurian apa butuh vote ? kalo vote, harus vote kemana ? *kedip-kedip*

    Ah…kami masih penulis amatir kok mam. Makasih vote nya lho hehehe 😀

  22. LIB said

    berkunjung
    selamat siang

    Makasih kunjungannya 🙂

  23. elsa said

    Semoga menang ya Mbak….

    Makasih mbak Elsa 🙂

  24. […] Senyum Dara […]

  25. Masa remaja adalah masa yan glabil. Pendampingan orang tua sangat penting.

    Kisah telah disimpan dalam memori untuk dinilai.
    Salam hangat selalu.

  26. Maaf Jeng, komen di atas dari Juri Kecub 3, lupa ganti 😛

  27. […] Silaturahmi bertaut lagi saat Mbak Lidya mengajak Bunda bergabung dalam Group Rilis untuk membuat kepingan cerpen yang akan diikutsertakan dalam Pegalaran Kecubung 3 Warna yang digelar PakDhe Cholik. Mbak Lidya […]

  28. My brother suggested I may like this website.
    He used to be totally right. This put up actually made my day.
    You can not believe simply how much time I had spent for this
    info! Thank you!

Leave a comment